Rabu, 28 November 2012

manusia sebagai makhluk sosial & budaya

NAMA    : RULLI EKARI PERMANA
KELAS   : 2SA01
NPM       : 16611493

     Makalah Manusia Sebagai Makhluk Sosial

Kata 'Makhluk Sosial' mungkin sudahlah tidak asing di telinga kita. Pada saat proses kelahiran kita pun, tak lepas dari kalimat ini. Ialah dimana saat kita dilahirkan oleh ibu kita, dan pada saat itulah kita membutuhkan sosok seorang ibu untuk memperkenalkan dunia baru tersebut kepada kita.

Setelah lahirnya sang anak ke dunia, orang tualah (ibu) yang senantiasa berperan dalam proses pengenalan dunia barunya. Oleh karena itu, manusia saling membutuhkan sesamanya.Secara garis besar diatas adalah merupakan suatu contoh perwujudan kita sebagai makhluk sosial.

Dan pengertian makhluk sosial adalah sebagai berikut, dalam kehidupan di dunia, setiap makhluk hidup memerlukan interaksi dan komunikasi satu sama lain, khususnya bagi umat manusia. Interaksi dan komunikasi ini sangat diperlukan karena manusia ditakdirkan menjadi makhluk sosial yang tak pernah lepas dari bantuan orang lain. Oleh karena manusia hidup sebagai mahkluk sosial itulah, disadari maupun tidak, manusia cenderung hidup berkelompok dengan tujuan yang sama, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan mereka masing-masing.

Dalam tujuannya meningkatkan taraf kesejahteraan dan kehidupan manusia, mereka cenderung hidup berkelompok yakni misalnya untuk mewujudkan kebutuhan sosialnya, terciptanya keamanan, ketertiban, keadilan, kenyamanan, kerjasama dan lain sebagainya. Dalam kehidupan berkelompok pula, manusia relatif tidak berorganisasi namun semua itu terjadi secara spontan untuk hidup berkelompok.Tidak mungkinlah manusia mampu hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Dalam contoh lain, saat kita telah tiada di dunia (meninggal), kitapun tentu saja membutuhkan bantuan orang lain untuk menguburkan jenazah kita.
Dari berbagai contoh diatas yang telah dipaparkan, sehingga kita disebutlah manusia sebagai makhluk sosial.

Manusia Sebagai Makhluk Sosial memiliki naluri untuk saling tolong menolong, setia kawan, rasa toleransi, simpati dan juga empati terhadap sesamanya. Keadaan inilah yang dapat menjadikan suatu masyarakat yang baik, harmonis dan rukun, hingga saat berinteraksi itulah mengharuskan terciptanya norma dan etika yang harus dijaga selama proses berinteraksi dengan sesamanya. Bila dalam proses tersebut kita melanggar norma-norma dan etika kesopan santunan, maka akan timbulah penyimpangan-penyimpangan sosial.


Manusia sebagai makhluk sosial memiliki 2 harkat, yakni:

1. Keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya (masyarakat) Dalam keinginan untuk bersatu dengan manusia lainnya (bermasyarakat), manusia cenderung untuk memenuhi tujuan hidupnya dalam menyejahterakan kehidupannya, misalnya saja dalam hal untuk mewujudkan suatu keamanan dalam suatu tempat tinggal dan dalam berbagai hal lainnya yang tak luput dengan membutuhkan bantuan orang lain.

2. Keinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dalam hal pangan dan lain sebagainya, manusia sebagai makhluk sosial cenderung pula berkeinginan untuk menjadi satu dengan alam sekitarnya. Manusia mencoba untuk memahami bagaimana suatu sumber daya alam dapat menghasilkan suatu produk untuk memenuhi kelangsungan hidup manusia tersebut, sehingga dalam proses inilah diperlukannya suatu bentuk interaksi dengan alam sekitar. Adapun faktor yang akan mempengaruhi manusia dalam berperilaku dan berinteraksi dengan sesamanya, yakni faktor intern (dalam) dan faktor ekstern (luar).

Faktor intern :
  1. Sikap dan gaya hidup
  2. Selera
  3. Pendapatan
  4. Intensitas kebutuhan

Faktor Ekstern :
  1. Lingkungan
  2. Adat istiadat
  3. Kebijakan Pemerintah
  4. Mode/ Trend
  5. Kemajuan teknologi dan kebudayaan
  6. Keadaan alam
                                    Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kebudayaan. Budaya sendiri adalah penyokong kehidupan manusia. karena budaya merupakan identitas manusia dari segala tempat yang berbeda, dan budaya biasa menjadi penyatu antara manusia satu dan yang lain. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk memahami seberapa besar fungsi dan pengaruh dari kebudayaan untuk kehidupan sosial manusia.
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan, kita sebagai mahasiswa generasi baru penerus bangsa dapat lebih mampu untuk lebih mendalam memahami seberapa pentingnya pengaruh kebudayaan bagi kehidupan sosial manusia anatara satu demngan yang lain.
Dengan memahami seberapa pentingnya pengaruh kebudayaan bagi kepentingan sosial manusia, diharapkan mahasiswa dapat menjadi penerus bangsa yang bias melestarikan kebudayaan.dengan begitu pastilah mahasiswa akan ,memahami tentang arti manusia sebagai mahkluk budaya. Karena pada dasarnya manusia tidak akan biasa lepas dari suatu kebudayaan itu sendiri.
Dengan memahami arti dari manusia sebagai mahkluk budaya, diharapkan kita bias lebih menghargai dan melestarikan budaya itu sendiri. Terutama budaya yang baik dan benar. Karena dengan hilangnya suatu kebudayaan suatu suku bangs. Maka akan hilang juga identitas sosial kita

RUMUSAN MASALAH
  • .Apakah pengertian budaya?
  • Apa sajakah komponen-komponen utama yang membentuk budaya?
  • Apa fungsi dari budaya?

Manusia sebagai Makhluk Budaya

  1. Pengertian kebudayaan
Budaya, budaya adalah suatu ilmu yang diwariskan dari generasi ke generasi. Oleh sebab itu, dilingkup keluarga. Antara satu keluarga dan keluarga lain pastimempunyai budaya yang berbeda-beda.


Fungsi Akal Dan Budi Bagi Manusia

Akal adalah kemampuan pikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki manusia. Berpikir adalah perbuatan operasional yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan dan peningkatan hidup manusia.Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan. Budi diartikan sebagai batin manusia, panduan akal dan perasaan yang dapat menimbang baik buruk segala sesuatu. Jadi jelas bahwa fungsi akal dan budi manusia adalah menunjukkan martabat manusia dan kemanusiaan sebagai pemegang amanah makhluk tertinggi di alam raya ini.

Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Setiap individu menjalankan kegiatan dan menganut keyakinannya sesuai dengan warisan social atau kebudayaannya. Hal tersebut karena mereka merasa menemukan unsure-unsur motivasional dan emosional yang memuaskan dengan menekuni kegiatan-kegiatan dan keyakinan cultural tersebut. Kebudayaan atau warisan social lebih adaptif baik secara social maupun individual, mudah dipelajari, mampu bertahan dalam waktu lama, normative dan mampu menimbulkan motivasi. Menurut EB Taylor, "Kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adapt, serta kemampuan dan kebisaan lainnya yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat".Consensus yang kini dianut oleh para ilmuwan social masih menyisihkan aspek emosional dan motivasional dari istilah kebudayaan, dan mereka tetap terpusat pada himpunan pemahaman atau preposisi, tetapi mereka mengakui bahwa, sebagian proposisikultural membangkitkan emosi dan motivasi yang kuat. Menurut Geertz "kebudayaan hanya berkaitan dengan makna-makna public yang terus berlaku meskipun berada diluar jangkauan pengetahuan individu". Banyaknya pengertian tentang kebudayaan memunculkan argumen-argumen implisit tentang sebab-sebab atau asal mula warisan sosial. Tidak banyak bukti yang mendukung dugaan adanya pola tunggal hubungan antar elemen yang ditunjukkan oleh Malinowski dalam Argonauts of the Western Pacifis (1922), tidak seperti yang dikemukakan oleh Ruth Benedict dalam bukunya Pattern of Culture (1934). Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan bahwa elemen-elemen budaya cenderung dapat digolongkan menjadi dua bagian besar yaitu :
·         Sejumlah kecil elemen yang hampir dipunyai oleh semua anggota masyarakat sehingga diantara mereka dapat tercipta suatu consensus pengertian.
·         Elemen-elemen kultural yang hanya diketahui oleh sebagian anggota masyarakat yang menyandang status social tertentu.
Keragaman definisi kebudayaan itu sendiri dapat dipahami sebagai giatnya upaya mengungkap hubungan kausalitas antara berbagai elemen warisan sosial. Jika representasi cultural memang memiliki hubugan kausalitas dengan norma-norma, sentiment dan motif, maka pendefinisian kebudayaan sebagai representasi telah memusatkan perhatioan pada apa yang paling penting.


 Komponen utama kebudayaan :
·         Individu
·         Masyarakat
·         Alam
Dari catatan Supartono, 1992, diketahui bahwa banyak sekali tokoh-tokoh yang mendefinisikan budaya menurut sudut pandang mereka. Tokoh-tokoh tersebut antara lain:
·         Ki Hajar Dewantara
·         Robert H Lowie
·         Keesing
·         Koentjaraningrat
·         Rafael Raga Manan
·         Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi
Fungsi kebudayaan
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggotanya seperti kekuatan alam, maupun yang bersumber dari persaingan manusia itu sendiri untuk mempertahankan kehidupannya. Manusia dan masyarakat memerlukan pula kepuasan baik dibidang materiil maupun spiritual. Kebudayaan berguna bagi manusia untuk melindungi diriterhadap alam, mengatur hubungan antar manusia, dan sebagai wadah dari segenab perasaan manusia. Kebudayaan akan mendasari, mendukung, dan mengisi masyarakat dengan nilai-nilai hidup untuk dapat bertahan, menggerakkan serta membawa masyarakat kepada taraf hidup tertentu yaitu hidup yang lebih baik, manusiawi, dan berperikemanusiaan.
2.      Jenis dan Ragam Kebudayaan di Masyarakat
3.      Mohammad Yusuf Melatoa dalam Ensiklopedia Suku Bangsa Di Indonesia menyatakan Indonesia terdiri dari 500 etnis suku bangsa yang tinggal di lebih dari 17.000 pulau besar dan kecil. Mereka masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda dengan yang lainnya.

Ciri Kebudayaan :
  • Bersifat menyeluruh
  • Berkembang dalam ruang / bidang geografis tertentu
  • Berpusat pada perwujudan nilai-nilai tertentu
Wujud kebudayaan
  • Ide : tingkah laku dalam tata hidup
  • Produk : sebagai ekspresi pribadi
  • Sarana hidup
  • Nilai dalam bentuk lahir
Sifat kebudayaan
  • Beraneka ragam
  • Diteruskan dan diajarkan
  • Dapat dijabarkan :
    • Biologi
    • Psikologi
    • Sosiologi : manusia sebagai pembentuk kebudayaan
  • Berstruktur terbagi atas item-item
  • Mempunyai nilai
  • Statis dan dinamis
  • Terbagi pada bidang dan aspek

 
  1. Manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan
Manusia sebagai pencipta kebudayaan
Manusia memiliki kemampuan daya sebagai berikut :
·         Akal, intelegensia dan intuisi
Dengan kadar intelegensia yang dimiliki manusia mampu belajar sehingga menjadi cerdas, memiliki pengetahuan dan mampu menciptakan teknologi.
·         Perasaan dan emosi
Perasaan adalah kemampuan psikis yang dimiliki seseorang, baik yang berasal dari rangsangan di dalam atau diluar dirinya. Emosi adalah rasa hati, sering berbentuk perasaan yang kuat, yang dapat menguasai seseorang, tetapi tidak berlangsung lama
·         Kemauan
Kemauan adalah keinginan, kehendak untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
·         Fantasi
Fantasi adalah paduan unsur pemikiran dan perasaan yang ada pada manusia untuk menciptakan kreasi baru yang dapat dinikmati.
·         Perilaku
Perilaku adalah tabiat atau kelakuan, merupakan jati diri seseorang yang berasal dari lahir.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia sendiri adalah produk kebudayaan. Peter L Berger menyebutnya sebagai dialektika fundamental yang terdiri dari tiga tahap yaitu :
·         Tahap eksternalisasi, yaitu proses pencurahan diri manusia secara etrus menerus kedalam dunia melalui aktifitas fisik dan mental
·         Tahap obyektifitas, yaitu tahap aktifitas manusia menghasilkan realita obyektif, yang berada diluar diri manusia
·         Tahap internalisasi, yaitu tahap dimana realitas obyektif hasil ciptaan manusia dicerap oleh manusia kembali.
Manusia sebagai makhluk budaya adalah pencipta kebudayaan. Kebudayaan adalah ekspresi eksistensi manusia didunia.
1.      Memanusiakan manusia melalui pemahaman terhadap konsep budaya dasar
1.      Keadilan
Keadilan adalah salah satu moral dasar bagi kehidupan manusia. Keadilan mengacui pada suatu tindakan baik yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
2.      Penderitaan
Penderitaan adalah teman paling setia kemanusiaan. Ini melengkapi cirri paradoksal yang menandai eksistensi manusia didunia.
3.      Cintakasih
Cintakasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai belas kasihan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusi menemukan bentuknya yang khas manusiawi
4.      Tanggungjawab
Tanggungjawab adalah kwajiban melakukan tugas tertentu yang dasarnya adalah hakikat keberadaan manusia sebagai makhluk yang mau menjadi baik dan memperoleh kebahagiaan.
5.      Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal memperhamba diri kepada tugas-tugas yang dianggap mulia
6.      Pandangan hidup
Pandangan hidup berkenaan dengan eksistensi manusia didunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesame dan dengan alam tempat kita berdiam.
7.      Keindahan
Eksistensi manusia didunia diliputi dan digairahkan oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
8.      Kegelisahan
Kegelisahan merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir tidak tenang dalam tingkah laku, dan merupakan salah satu ekspresi kecemasan.

  1. Proses dan Perubahan Kebudayaan :
Proses pembudayaan adalah tindakan yang menimbulkan dan menjadikan sesuatu lebih bermakna untuk kemanusiaan. Proses tersebut diantaranya :
1.      Internalisasi
Merupakan proses pencerapan realitas obyektif dalam kehidupan manusia.
2.      Sosialisasi
Proses interaksi terus menerus yang memungkinkan manusia memperoleh identitas diri serta ketrampilan-ketrampiulan sosial. Dalam keseharian sosialisasi bisa dikatakan sebagai proses menjelaskan sesuatu kepada anggota masyarakat agar mengetahui adanya suatu konsep, kebijakan, suatu peraturan yang menyangkut hak dan kwajiban mereka.
3.      Enkulturasi
Enkulturasi adalah pencemplungan seseorang kedalam suatu lingkungan kebudayaan, dimana desain khusus untuk kehidupan kelihatan sebagai sesuatu yang alamiah belaka.
4.      Difusi
Meleburnya suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain sehingga menjadi satu kebudayaan.
5.      Akulturasi
Akulturasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan yang dalam percampuran itu masing-masing unsurnya masih kelihatan.
6.      Asimilasi
Asimilasi adalah proses peleburan dari kebudayaan sat ke kebudayaan lain. 
Perubahan sosial dan kebudayaan merupakan segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suataau masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.


 
Faktor-faktor penyebab perubahan sosial dan kebudayaan
a. faktor intern
·         Bertambah atau berkurangnya penduduk
·         Penemuan-penemuan baru (inovation – discoveri [gagasan] – invention [diterapkan dalam masyarakat]
·         Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat (konflik)
·         Pemberontakan / revolusi

b. faktor ekstern
·         Perubahan lingkungan fisik manusia ( bencana alam )
·         Pengaruh kebudayaan masyarakat lain
·         Peperangan

 
Faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial :

  • Faktor-faktor yang mendorong :
o   Kontak dengan kebudayaan lain
o   Sistem pendidikan yang maju
o   Sikap menghargai hasil karya orang lain dan keinginan untuk maju
o   Toleransi terhadap perbuatan menyimpang
o   Sistem lapisan masyarakat yang terbuka
o   Penduduk yang heterogen
o   Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
o   Orientasi ke depan
o   Nilai meningkatkan taraf hidup
    • Faktor-faktor yang menghambat :
      • Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
      • Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
      • Sikap masyarakat yang tradisional
      • Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat (vested Interest)
      • Rasa takut terjadinya kegoyahan dalam integrasi kebudayaan
      • Prasangka terhadap hal baru
      • Hambatan ideologis
      • Kebiasaan
      • Sikap pasrah 
  1. Problematika sosial kebudayaan
Dalam mempertahankan menurunkan suatu budaya yang baik dan benar kepada generasi berikutnya, tidak akan berjalan dengan mudah banyak sekali kendala-kendalanya. Jika budaya yang baik tidak dapat diwariskan kepada generasi berikutnya, makan suatu Negara atau bangsa akan menjadi tidak bermartabat dan akan mengalami krisis budaya.

Manusia dan Budaya Unggul
Budaya unggul akan bisa memulihkan harga diri dan martabat bangsa ini menjadi bangsa yang tidak mudah dilecehkan dan diharapkan mampu mengatasi krisis berkepanjangan dan seterusnya.
Jika budaya unggul bisa didiskusikan bersama seiring dengan manusia unggul, setidaknya apa yang dinyatakan oleh Covey sebagai manusia dengan predikat greatness membawa ingatan kita pada apa yang oleh filosof Jerman, Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844-1900), dinyatakan sebagai uebermensch yang dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan sebagai superman. Kebudayaan merupakan identitas dari manusia. Manusia unggul tidak lahir dari situasi statis, melainkan dari proses dinamis, tidak saja dalam pengertian bagaimana upaya menemukan talenta terbaik dalam diri seseorang, melainkan upaya untuk terus-menerus menjadi manusia yang lebih. Pada masa sekarang ini lebih tepat membaca uebermensch Nietzsche sebagai anjuran untuk melahirkan manusia unggul dengan cara melahirkan dirinya untuk terus-menerus menjadi manusiawi. Pengertian yang diungkapkan oleh Nietzsche dalam Wie Wird der Mensch ueberwubden (bagaimana caranya manusia mengatasi manusia) yaitu untuk lahir sebagai superman, manusia harus terus-menerus mengatasi dirinya sebagai manusia. Untuk menjadi manusia unggul, manusia harus bisa meningkatkan dirinya dari sekadar manusiawi (humanus) menjadi lebih manusiawi (humanior).

Melahirkan manusia unggul jangan disalahpahami hanya dengan pengertian meloloskan siswa-siswa berprestasi yang mampu merengkuh juara olimpiade fisika, matematika, atau kimia. Menjadi manusia unggul biasa dialami oleh siapa saja yang mampu mengatasi kediriannya menuju kedirian yang lebih. Untuk lahir menjadi manusia unggul, seseorang harus bergerak untuk memperbarui kemanusiawiannya menjadi lebih manusiawi. Nietzsche menyebut para manusia yang mudah menyerah diri sebagai "manusia bermoral gerombolan" atau "bermoral budak". Mereka adalah para pengecut yang hanya bisa berlindung di balik nilai-nilai yang menjerat kedigdayaannya.

Komodifikasi kebudayaan

Ada kesan bahwa kebudayaan semakin mejadi komoditas. Kesan berlangsung atas dua jalur.
·         Terungkap dalam pembicaraan tentang kebudayaan masyarakat yang dikatakan tidak cocok untuk pembangunan.
·         Jalur keprihatinan terhadap budaya bangsa.
Dia mendapat ekspresi dalam dua sub lagu yang bersama menghasilkan paduan suara atau duet harmoniselite yang prihatin. Sub lagu yang pertama disebut lagu museum ; unsure-unsur positif warisan budaya bangsa perlu dilestarikan. Sub-lagu yang kedua mau melindungi budaya nasional terhadap pengeruh buruk dari luar.

Tantangan Kebudayaan

Pertemuan dengan kebudayaan lain selalu memperkaya kita sendiri. Kebudayaan yang sungguh-sungguh mengancam kita adalah kebudayaan modern tiruan. Dia mengancam karena tidak sejati, tidak substansial, semu, dan ersatz. Kebudayaan itu membuat kita menjadi manusia plastic, manusia tanpa kepribadian, manusia terasing. Kebudayaan tiruan itu mempunyai daya tarik luarbiasa sehingga mampu menyedot pandangan kita tentang nilai, dasar harga diri, dan status. Ia menawarkan kemewahan, kepenuhan hidup, kemantapan diri, asal kita mau berpikir sendiri, dan berhenti membuat penilaian sendiri.



KESIMPULAN
 
  • Manusia merupakan makhluk yang tidak biasa lepas dari kebudayaan.
  • Akal dan Budi merupakan unsure-unsur yang membentuk kebudayaan dasar pada pola piker manusia.
  • Hal yang mempertahan kan kehidupan kebudayaan salah adalah keinginan manusia untuk mencapai kepuasan sepiritual dan materi.
  • Kebudayaan merupakan identitas asli darimanusia itu sendiri.


 DAFTAR PUSTAKA
Soedirdjo,Drs., Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, IKIP Semarang Press, 1990
Prasetya Tri Joko,Drs, Ilmu Budaya Dasar, JAKARTA,1998